riel

riel
always smile

Rabu, 19 Oktober 2011

SEGENGGAM CINTA UNTUK ALLAH


Semerbak wangi  bunga melati mengelilingi hidungku. Ladang yang semula hijau kini mulai menguning, dan menari-nari dengan indahnya pagi. Tak terasa matahari mulai tersenyum dengan kicauan sang burung. Terlihat dengan jelas Widi sedang menari gemulai diatas batu besar di tengah kuningnya ladang. Tarian yang indah seindah wajahnya, semempesona senyum manisnya, dan selembut setiap perkataannya. Tiba-tiba terdengar suara dari tepi ladang
“Widi… ” teriaknya dari kejauhan.
Seketika ia menolah kearah datangnya suara, ternyata itu Topan teman dekatnya.
“ada apa kau memanggilku sampai seperti itu?”
“ini adalah hari ke tujuh ayahku meninggal, ia pergi meninggalkan ku ia tega membuatku menangis. Padahal ia pernah berjanji ia akan menjadi orang pertama yang akan menyaksikannya diatas panggung besar, dan ia akan menjadi orang yang berteriak paling keras ketika aku menyanyi..” ceritanya dengan deraian air mata.
Perlahan-lahan Widi menyemangati Topan, Widi tau kalau Topan bukanlah orang yang gampang putus asa.
“hay, aku mengenalmu bukan satu atau dua jam yang lalu, kita berteman lama. Orang tuamu adalah orang tuaku dan begitu juga sebaiknya. Kamu Topan bukanlah debu, seperti namamu, topan itu orang yang kuat, tabah, dan tak terkalahkan. Apa kau mau mengalah dengan kesedihanmu ini? Apa kau tak malu dengan namamu?,”ucapnya dengan lantang, dan ia tersenyum memberi semangat kepada sahabatnya itu.
“yah, kau benar, aku akan menunjukkan ke seluruh dunia bahwa orang tuaku tak salah member nama” ucapnya dengan semangat yang menggebu-gebu.
Lama mereka mengobrol, mereka pun pulang ke rumah. Kehebatan ucapan Widi tak ada yang menyaingi, namun ia tak pernah sombong dengan apa yang ia miliki.
Malam harinya Topan pun bertekat untuk pergi ke Surabaya untuk mengikuti audisi menyanyi, dari sinilah ia hidup lebih baik. Hidup tanpa ucapan Widi yang mujarap. Sesekali Topan pergi ke Probolinggo, rumah sahabat karib nya itu, namun tak disangka Widi juga pergi dari kota kecil itu. Yah, dari sinilah komunikasi mereka terputus.
Lima tahun mereka berpisah, akhirnya Topan pun mendengar kabar tentang Widi. Kini Widi tinggal di Malang kota dimana ayahnya dilahirkan. Dengan gembira Topan pun membawa istri dan anak-anaknya bertemu sahabat lamanya itu. Sesampainya Topan di Malang, Topan langsung menuju alamat rumah Widi. Ketika ia mengetuk rumah Widi, keluarlah sesosok perempan cantik yang mempersilakan ia dan keluarganya masuk kedalam rumah.
“saya ingin bertemu Widi, ia tinggal disini bukan? Aku telah lama mencarinya,” Tanya Topan dengan senang.
“ya, ini memang rumah almh.Widi” jawabnya dengan rasa sedih yang amat sangat.
“apa maksud dari perkataanmu tadi, aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan. Dia takkan meninggalkanku, ia akan tetap menjadi penasihat terbaikku.” Ucap Topan tak percaya.
“tapi ini kenyataannya, ia teah menuggumu dua tahun yang lalu, sampai akhirnya ia meninggal. Ini adalah titipan terakhirnya sebelum Widi meninggal” jelas perempuan tadi dengan memberikan sebuah buku.
“Segenggam Cinta untuk ALLAH” bacanya pelan ditengah tetes air matanya.
Alkisah hiduplah perempuan sederhana dengan segenggam Cinta ditangannya. Kupanggil ia Widi. Widi gadis cantik yang pantang menyerah, dia tak mau kalah dengan sang waktu. Waktu yang berputar dengan pelan tapi pasti. Seperti kepastiannya menyebut asma Allah.
Dia selalu berkata, “jika aku memiliki tiga genggam cinta, aku akan membaginya sama rata. Namun genggaman Cintaku yang pertama khusus untuk Allah, genggaman keduaku buat orang tua dan kakak-kakakku,dan genggaman terakhir aku berikan untuk Topan sahabat terbaikku dan teman-temanku yang lain.”
Pagi, siang, dan malam widi selalu gembira, ia anak yang begitu semangat hingga akhirnya penyakit ayahnya menurun kepadanya, yah, penyakit leukemia kini mengerogoti tubuhnya.
“dokter, aku tak ingin mati sebelum aku dapat menyelesaikan buku Segenggam Cinta untuk Allah” ujarnya kepada dokter.
“Widi, hidup dan mati ada ditangan Allah, berdoalah agar keinginanmu tercapai” jawab sang dokter.
Waktupun menunjukkan sepertiga malam, widi pun memutuskan untuk bertahajud.
“ya Allah, Segenggam Cinta ini untukmu, cinta yang takkan pernah mati, cinta yang abadi. Allah, ketika engkau beri aku penyakit ini, ku tau kau sangat mencintaiku , melebihi cintaku padamu. Allah segenggam cinta ini khusus untukmu, segenggam cinta yang tak kan terhapus. Kutitipkan buku Cinta ini kepadamu, agar kau kelak mau memberi tau sahabatku jika ia sangat berharga bagiku. Hanya satu kalimat terindah dariku kepadanya cinta Allah telah mebawa kita kegerbang persahabatan. Ya Allah aku memohon kepadamu agar kau mau menyampaikan kalimat terindahku kepadanya. Amin” do’a Widi kepada Allah.
Widi tak pernah mengeluh dengan penyakitnya, ia selalu berharap bahwa Topan akan datang dengan keluarga kecil nya.
Kutitipkan Segenggam cinta untuk Allah kepadamu ya sahabat, katakan pada anak cucumu, Segegnggam cinta Untuk Allah akan abadi dan tak akan lekang oleh waktu. Segenggam Cinta untuk Allah membawa semua orang ke gerbang persahabatan yang indah. Seindah persahabatan Widi dengan Topan. The End.
Linangan air mata kini membasahi pakaian Topan, kini sahabatnya telah pergi tapi Cinta Widi dan Segenggam Cinta untuk Allah akan tetap abadi.
“ingatlah nak, kau juga harus memiliki segenggam cinta untuk Allah di hati mu, dan buat lah cerita hidup yang lebih baik dari ayah” ucap topan kepada anak-anaknya.
            “Terima kasih kau telah menyampaikan amanat Widi. Aku akan membuat lagu tentang Widi, dan tentang kenanganku bersamanya. Dan aku permisi untuk pulang” Ujar Topan
            “ semoga sukses, Widi dan Segenggam cinta untuk Allah akan selalu bersamamu”
            Dan akhirnya pun dengan lagu Segenggam Cinta untuk Allah melejit hingga dunia Internasional. Kini Segenggam Cinta untuk Allah bukan hanya milik Widi dan Topan, melainkan milik semua manusia.
            Topan yakin dengan seperti ini ayahnya dan Widi kini tersenyum bangga padanya.
SEGENGGAM CINTA UNTUK ALLAH

1 komentar: