riel

riel
always smile

Rabu, 26 Oktober 2011

Kamis, 20 Oktober 2011

DIBALIK TUJUH PIALA


            Minggu ini minggu terakhir sebelum JUMBARA (jumpa bakti gembira). Tiba-tiba Putri mendapat kabar bahwa dia dapat tambahan tugas presentasi PRS (Pendidikan Remaja Sebaya), tentang Rokok.
“yah, kok aku lagi… bagianku uda banyak banget..!” keluh Putri.
“ayo  uda put, aku yakin kamu bisa. Please…!” rayu Wulan.
“kok aku terus seh…. Kan banyak temen-temen yang lain, lagian dalam waktu sesingkat itu aku nggak mungin bisa ngimbangin kamu…!” keluh Putri.
“berhubung you’r my best friend is the best forever, jadi apa boleh buat !” ucap Putri.
            Hari demi hari mulai terlewati, namun menjelang hari ke empat sebelum jumbara Putri d an kawan-kawan mulai dikejar sang waktu. Mereka terus berlatih, pagi dan sore hari, begitu terus. Bahkan Wulan jatuh sakit, dilanjutkan dengan Henny yang juga jatuh sakit. Hari demi hari mereka semakin sering latihan semakin menurun pula kesehatannya. Lukman, Putri, bahkan Farah pun ikut sakit pula.
            “yah, kok sakit semua.. terus ya apa Jumbaranya?” ucap Putri.
            “habise kita di forsir…” Jawab Henny.
            “aku ikut latihan aja, nggak usa ikut Jumbara !” Jawab Farah.
            “heh, pa ae ya.. kita itu akan sehat dan ikut jumbara semua, kita akan berjuang bersama! ” Jelas Putri.
            “yaps, kita akan berjuang bersama demi sekolah kita tercinta ini.” Ucap Wulan.
            Hari ini hari rabu, waktunya latihan paduan suara. Satu haari penuh Putrid an kawan-kawan latihan. Sampai-sampai sore harinya Putri tidak datang latihan. Padahal Putri anak yang paling semangat untuk Jumbara dan latihan, ia tak pernah absen dari semua kegiatan.
Kebesokan harinya Putri, Wulan dan Lukman dapat tugas meriksa tenda yang akan di pakai Jumbara. Setelah itu semua anak PMR berkumpul untuk persiapan barang-barang yang akan dibawa untuk jumbara. Ya, Putri yang paling banyak mendapat tugas, namun ia tak pernah mengeluh dengan semua itu, ia selalu berfikir ini semua demi sekolahnya tercinta.
Hari pertama Jumbara pun telah datang, Upacara pembuka yang sangat menyebalkan juga mengesankan. Di atas terik matahari kita semua berdiri dengan tegak, mendengarkan bapak Wali kota memberi pidato. Malam Pensi pun telah datang, Putri didandani bagaikan orang gila, Wulan yang semula cantik kini jadi culun, bahkan Lukman jadi pak ustad.
           “agagag kita kok jadi aneh yow? Padahal sekolah lain nggak segila kita..” ucap Putri dengan tertawa terbahak-bahak.
           “biasa… PMR Spega kan gokil…!” jawab Wulan.
“bukan gokil lagi, tapi uda gila” jawab Putri.
            Malam pun semakin larut. Semua mulai mencari tempat untuk tidur di tenda kecil. Namun, ditengah rasa kantuk tiba-tiba terdengar suara
“ayo bangun apel dulu” teriak panitia.
“yah, nggak tau malam ya???, agagaga kasihan Wulan tidur uda nyampek Jakarta.”
“wkwkwkwkw….” Tawa penghuni tenda
            Pagi pun mulai menjelang, waktunya paduan suara, ditengah indahnya penampilan dan diakhir yang kacau. Semua salah hadap untuk bubar. Ini lah hal yang menyebalkan, diakhir suara kecek-kecek yang mengiringi lagu.
            Waktu perang pun telah tiba, lomba traveling sudah menanti di depan mata.
“kita ke pos apa dulu?”Tanya Putri
“pos PK (Perawatan Keluarga)” jawab Lukman.
“hugh, kok Pk seh… aku dan anggota PK nggak siap. Aku latihan cuman satu kali… ya apa ini?” keluh Putri.
“lakukan yang terbaik, kita pasti bisa” jawab Wulan.
            Dengan jantung yang berdebar sangat keras, Putri memilih soal Pk.
“Alhamdulillah, soalnya nggak begitu sulit.” Ucap Putri.
            Dari pos PK dilanjutkan ke pos PP (Pertolongan Pertama), namun sebelum itu kita diberi waktu istirahat
“heheheh… capek, gara-gara waktu mulainya molor….” Ucap Farah
“iya, PK bikin jantungku copot..!” ucap Lina
“eh, uda bentar lagi ke PP, haduh,,, dag dig dug jantungku” ucap Farah
Ketika di pos PP kita semua dapat tekanan batin, dari praktik yang dipotong-potong juri gara-gara salah nanganin pasien, terus soal tulis yang muter-muter. Setelah itu di lanjutkan ke pos PRS,
“Yah, wajahmu nggak ngenakin lan ! pasti gara-gara di omelin di PP tadi “ Tanya Putri
 “iya, nggak enak wes perasaanku gara-gara tadi…” jawab wulan
“heh, jangan nggak enak nggak enakan, ayo semangat. Jangan buat latihan kita sia-sia” ucap Putri
Presentasipun sangat seru karena Putri dan Wulan banyak mengeluarkan kata-kata yang membuat para juri tertawa terbahak-bahak dari yang menyinggung kepala juri yang botak gara-gara rokok, mendo’akan juri agar kurus. Jadi ini semua membuat kesan kusus bagi juri dengan sekolah Putri.
Dari sana terus di lanjutkan ke pos Doras, dan yang terakhir ke pos PB (Penanggulangan Bencana)
Setelah lomba Traveling dilanjjutkan dengan lomba dapur Umum.
“ayo temen-temen semangat…. Traveling uda maximal,jadi kalian harus berjuang juga ya??” ucap Putri ikut
Ketika anggota D.U (dapur umum) memasak, kedua kompor yang mau dipakai rusak, jadi mereka terus berusaha, bahan pun tinggal dimasak. Namun apa boleh buat mereka tidak dapat memasak, mereka berderai air mata. Bahkan Putri yang bukan anggota D.U ikut menangis.
“jangan nangis rek, aku paling nggak bisa ngeliat kalian nangis… uda wes… nggak apa-apa itu bukan salah kalian..” ucap Putri dengan deraian air mata.
“kita gagal, !” ucap salah seorang anggota D.U
“kita boleh gagal di D.u tapi kita harus berjuang di Drama bentar lagi, tunjukan kalau kita bisa” ucap Putri
Lomba Drama pun dilaksanakan dengan karantina. Namun kesedihan mulai menghilang dengan kita melihat pensinya ana SMA. Kebesokan harinya kita semua melakukan anjangsana (silatuhrami antar tenta).
Sekolah Putri adalah sekolah yang paling rame dan paling kompak. Bahkan anak-anak SMA suka sekali kumpul-kumpul dengan SMP nya Putri, begitu juga sebaliknya. Jam 12.30 WIB kita melaksanakan penutupan dan pengumuman pemenang dari lomba-lomba yang telah dilaksanakan.
“lan, ingat nadzarmu, minimal kita dapet 3 piala kamu akan puasa 1 hari” ucap Putri.
“iya, moga saja kita dapat lebih dari 3” jawab Wulan
Deti-detik pengumuman pun terdengar
Juara 1 lomba PP di dapat oleh kontingen 11 (sekolahannya Putri)
Juara 3 lomba Pk di dapat oleh kontingen 11
Juara 1 lomba PRS di dapat oleh kontingen 11
Juara 2 lomba PB di dapat oleh kontingen 11
Juara 1 lombaDORAS di dapat oleh kontingen 11
Juara 3 lomba paduan suara di dapat oleh kontingen 11
Juara 3 kontingen favorit di dapat oleh kontingen 11
Di balik tujuh Piala perlu pengorbanan yang sangat berat. Namun kita mendapat kebanggan tersendiri setelah memberikan tujuh piala kesekolah,
“aku telah membuktikan bahwa aku dan kawan-kawan bisa membawa penghargaan untuk sekolahku tercita, aku telah membuktikan kepada orang-orang yang memaki ku dan teman-temanku” ucap Putri dalam Hati.
“put, kita berhasil” ucap Wulan.
“iya, dibalik tujuh piala ini tersimpan rahasia yang sangat mengesankan, senang sedih terasa gampang dihadapi jika bersama “ ucap Putri
DIBALIK TUJUH PIALA


Rabu, 19 Oktober 2011

SEGENGGAM CINTA UNTUK ALLAH


Semerbak wangi  bunga melati mengelilingi hidungku. Ladang yang semula hijau kini mulai menguning, dan menari-nari dengan indahnya pagi. Tak terasa matahari mulai tersenyum dengan kicauan sang burung. Terlihat dengan jelas Widi sedang menari gemulai diatas batu besar di tengah kuningnya ladang. Tarian yang indah seindah wajahnya, semempesona senyum manisnya, dan selembut setiap perkataannya. Tiba-tiba terdengar suara dari tepi ladang
“Widi… ” teriaknya dari kejauhan.
Seketika ia menolah kearah datangnya suara, ternyata itu Topan teman dekatnya.
“ada apa kau memanggilku sampai seperti itu?”
“ini adalah hari ke tujuh ayahku meninggal, ia pergi meninggalkan ku ia tega membuatku menangis. Padahal ia pernah berjanji ia akan menjadi orang pertama yang akan menyaksikannya diatas panggung besar, dan ia akan menjadi orang yang berteriak paling keras ketika aku menyanyi..” ceritanya dengan deraian air mata.
Perlahan-lahan Widi menyemangati Topan, Widi tau kalau Topan bukanlah orang yang gampang putus asa.
“hay, aku mengenalmu bukan satu atau dua jam yang lalu, kita berteman lama. Orang tuamu adalah orang tuaku dan begitu juga sebaiknya. Kamu Topan bukanlah debu, seperti namamu, topan itu orang yang kuat, tabah, dan tak terkalahkan. Apa kau mau mengalah dengan kesedihanmu ini? Apa kau tak malu dengan namamu?,”ucapnya dengan lantang, dan ia tersenyum memberi semangat kepada sahabatnya itu.
“yah, kau benar, aku akan menunjukkan ke seluruh dunia bahwa orang tuaku tak salah member nama” ucapnya dengan semangat yang menggebu-gebu.
Lama mereka mengobrol, mereka pun pulang ke rumah. Kehebatan ucapan Widi tak ada yang menyaingi, namun ia tak pernah sombong dengan apa yang ia miliki.
Malam harinya Topan pun bertekat untuk pergi ke Surabaya untuk mengikuti audisi menyanyi, dari sinilah ia hidup lebih baik. Hidup tanpa ucapan Widi yang mujarap. Sesekali Topan pergi ke Probolinggo, rumah sahabat karib nya itu, namun tak disangka Widi juga pergi dari kota kecil itu. Yah, dari sinilah komunikasi mereka terputus.
Lima tahun mereka berpisah, akhirnya Topan pun mendengar kabar tentang Widi. Kini Widi tinggal di Malang kota dimana ayahnya dilahirkan. Dengan gembira Topan pun membawa istri dan anak-anaknya bertemu sahabat lamanya itu. Sesampainya Topan di Malang, Topan langsung menuju alamat rumah Widi. Ketika ia mengetuk rumah Widi, keluarlah sesosok perempan cantik yang mempersilakan ia dan keluarganya masuk kedalam rumah.
“saya ingin bertemu Widi, ia tinggal disini bukan? Aku telah lama mencarinya,” Tanya Topan dengan senang.
“ya, ini memang rumah almh.Widi” jawabnya dengan rasa sedih yang amat sangat.
“apa maksud dari perkataanmu tadi, aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan. Dia takkan meninggalkanku, ia akan tetap menjadi penasihat terbaikku.” Ucap Topan tak percaya.
“tapi ini kenyataannya, ia teah menuggumu dua tahun yang lalu, sampai akhirnya ia meninggal. Ini adalah titipan terakhirnya sebelum Widi meninggal” jelas perempuan tadi dengan memberikan sebuah buku.
“Segenggam Cinta untuk ALLAH” bacanya pelan ditengah tetes air matanya.
Alkisah hiduplah perempuan sederhana dengan segenggam Cinta ditangannya. Kupanggil ia Widi. Widi gadis cantik yang pantang menyerah, dia tak mau kalah dengan sang waktu. Waktu yang berputar dengan pelan tapi pasti. Seperti kepastiannya menyebut asma Allah.
Dia selalu berkata, “jika aku memiliki tiga genggam cinta, aku akan membaginya sama rata. Namun genggaman Cintaku yang pertama khusus untuk Allah, genggaman keduaku buat orang tua dan kakak-kakakku,dan genggaman terakhir aku berikan untuk Topan sahabat terbaikku dan teman-temanku yang lain.”
Pagi, siang, dan malam widi selalu gembira, ia anak yang begitu semangat hingga akhirnya penyakit ayahnya menurun kepadanya, yah, penyakit leukemia kini mengerogoti tubuhnya.
“dokter, aku tak ingin mati sebelum aku dapat menyelesaikan buku Segenggam Cinta untuk Allah” ujarnya kepada dokter.
“Widi, hidup dan mati ada ditangan Allah, berdoalah agar keinginanmu tercapai” jawab sang dokter.
Waktupun menunjukkan sepertiga malam, widi pun memutuskan untuk bertahajud.
“ya Allah, Segenggam Cinta ini untukmu, cinta yang takkan pernah mati, cinta yang abadi. Allah, ketika engkau beri aku penyakit ini, ku tau kau sangat mencintaiku , melebihi cintaku padamu. Allah segenggam cinta ini khusus untukmu, segenggam cinta yang tak kan terhapus. Kutitipkan buku Cinta ini kepadamu, agar kau kelak mau memberi tau sahabatku jika ia sangat berharga bagiku. Hanya satu kalimat terindah dariku kepadanya cinta Allah telah mebawa kita kegerbang persahabatan. Ya Allah aku memohon kepadamu agar kau mau menyampaikan kalimat terindahku kepadanya. Amin” do’a Widi kepada Allah.
Widi tak pernah mengeluh dengan penyakitnya, ia selalu berharap bahwa Topan akan datang dengan keluarga kecil nya.
Kutitipkan Segenggam cinta untuk Allah kepadamu ya sahabat, katakan pada anak cucumu, Segegnggam cinta Untuk Allah akan abadi dan tak akan lekang oleh waktu. Segenggam Cinta untuk Allah membawa semua orang ke gerbang persahabatan yang indah. Seindah persahabatan Widi dengan Topan. The End.
Linangan air mata kini membasahi pakaian Topan, kini sahabatnya telah pergi tapi Cinta Widi dan Segenggam Cinta untuk Allah akan tetap abadi.
“ingatlah nak, kau juga harus memiliki segenggam cinta untuk Allah di hati mu, dan buat lah cerita hidup yang lebih baik dari ayah” ucap topan kepada anak-anaknya.
            “Terima kasih kau telah menyampaikan amanat Widi. Aku akan membuat lagu tentang Widi, dan tentang kenanganku bersamanya. Dan aku permisi untuk pulang” Ujar Topan
            “ semoga sukses, Widi dan Segenggam cinta untuk Allah akan selalu bersamamu”
            Dan akhirnya pun dengan lagu Segenggam Cinta untuk Allah melejit hingga dunia Internasional. Kini Segenggam Cinta untuk Allah bukan hanya milik Widi dan Topan, melainkan milik semua manusia.
            Topan yakin dengan seperti ini ayahnya dan Widi kini tersenyum bangga padanya.
SEGENGGAM CINTA UNTUK ALLAH